17 Desember 2022

Teks Puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizche

Peri Sandi Huizche. (Foto: Istimewa)

Hi teman-teman Diksican, buat kamu yang tengah mencari naskah lengkap puisi Mata Luka Sengkon Karta karya dari penyair Peri Sandi Huizche, kita sudah siapkan ya.

Mata Luka Sengkon Karta sempat viral saat dibawakan oleh Peri Sandi Huizche sang penyair asal Sukabumi pada 2017 silam.

Untuk diketahui, Peri Sandi ini muncul ke permukaan setelah sukses membacakan puisi miliknya yang berjudul Mata Luka Sengko Karta di Teather Ketjil TIM. Berikut naskah puisi lengkapnya ya.

Baca juga: Struktur Retorik Puisi Rakyat, Jenis, Contoh dan Unsur Kebahasaan

Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizache

Serupa maskumambang

Pupuh mengantarkan wejangan hidup

Kecapi dalam suara sunyi menyendiri

Pupuh dan kecapi mambalut nyeri menyatu dalam suara genting

Terluka, melukai, luka-luka menganga akibat ulah manusia

Terengah-engah di dalam tabung dan selang

Aku, seorang petani bojong sari

Menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri

Kesederhanaan panutan hidup

Dapat untung dilipat dan ditabung

1974 tanah air yang kucinta

Berumur 29 tahun

Waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara

Lambang garuda dasarnya Pancasila

Undang-undang 45

Meraaajut banyak peristiwa

Peralihan kepemimpinan yang mendesak

Bung karno diganti pak harto

Dengan dalih keamanan negara

Pembantaian enam jendral satu perwira

Enam jam dalam satu malam

Mati di lubang tak berguna


Tak ada dalam perang maha barata

Bahkan disejarah dunia

Hanya disejarah Indonesia

Pemusnahan golongan kiri

PKI wajib mati

Pemimpin otoriter repelita

Rencana pembangunan lima tahun

Bisa jadi rencana pembantaian lima tahun

Di tahun-tahun berikutnya

Kudapati penembak misterius

Tak ada salah apa lagi benar

Tak ada hukum negara

Pembantaian dimana-mana

Dor di mulut,

Dor di kepala,

Diikat tali dikafani karung

Penguasa punya tahta

Yang tidak ada bisa diada-ada

Ehhhhh….

Akulah sengkon yang sakit

Berusaha mengenang setiap luka

Didada, di punggung

Di batuk yang berlapis tuberculosis

Malam jumat 21 November 1974.

Setiap malam Jum'at

Yasin dilantunkan dengan hikmat

Bintang-bintang berzikir dengan kedipannya

Suara-suara binatang melengkingkan pujian untuk Tuhan

Istriku masih mengenakan mukenah,

Mengambilkan minum dari dapur

Dikejahuan terdengar warga desa gaduh

Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.

Adili saja si keluarga rombong itu

aaaaaaaaaaaaaaaa

Usir saja dari kampung sini

Bakar saja rumahnya


Di lubang bilik ada banyak obor dan petromax menyala meneriakan tegas

Saudara segkon, saudara sudah dikepung Abri

Kalau mau selamat menyerahlah

Saudara tidak bisa kabur

Angkat tangaaaaaaaaaaaaaaaan!

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Heru Candriko

heru candriko

Full width home advertisement

Author Description

Hey there, We are Blossom Themes! We are trying to provide you the new way to look and use the blogger templates. Our designers are working hard and pushing the boundaries of possibilities to widen the horizon of the regular templates and provide high quality blogger templates to all hardworking bloggers!

Blogger templates

Post Page Advertisement [Top]