Diiringi kagum tak berkesudahan,
riang melantang awal pertemuan,
aku berhasil berkenalan dan selanjutnya berhasil,
ah bukan
kau terpaksa menerima ajakanku untuk makan serius
Hari lainnya,
hujan sembari bercengkrama,
riang ku seperti kau persilahkan hadir begitupun kau sebaliknya.
Sudahlah,
aku tak ingat lagi!
Sekarang saja,
aku yang masih kebingungan,
menerka-nerka kapan itu ada lagi, tunggu tunggu!
bukan dengannya tapi bersama yang sebenar-benarnya.
Aku tak ingi terjerat terlalu lama,
beberapa bulan setelah perpisahaan,
aku berdapat kabar bahagiamu dengan pilihanmu,
sedangkan aku masih saja sibuk mencari siapa aku.
Sebab memilikimu aku tak sanggup,
penolakkanmu adalah sehebat-hebatnya kehendak kuasa,
membunuh rasa, aku tertatih menyeret hati
riuh menggema, melepuh tak terima, menghantam batin,
sebab bukan aku yang kau rencanakan.
Kita?
ku anggap adalah kesalahanpahamanmu
dan untuk dosa-dosa, biar aku saja maju menanggung, (jika Tuhan mengizinkan).