Langit gelap dikala air Tuhan menjelma gila di tanah,
kerumunan asap pun dibuat menari-nari bersenggama,
ya, bersenggama bersama ingatan-ingatan yang kian lama kian gelap
Aku luruh bersamanya,
menikmati euforia air Tuhan yang begitu gila tak terdayuh
begitu pula ingatan-ingatannya, tak terbendung menuju hitam.
Aku yang kering seakan baru saja merasakan sejuknya air Tuhan,
bahkan aku bisa merasakannya,
dimulai secara perlahan menggerayangi tubuh.
Aku tahu,
gelap itu sementara, sebab mentari lelah bersahaja,
begitu pula air Tuhan, sementara.
Aku memang menyukai warna gelap,
tapi kali ini sepertinya warna gelap menjadi sosok yang penuh tanya,
menatapnya, seakan berkelakar riang di kepala,
penuh tanya, sedang apa aku disini?